Ulasan Novel Selamat Tinggal (Tere Liye): Selamat Tinggal Kebohongan, Kecurangan, dan Ketidakpedulian
IDENTITAS BUKU:
Judul: Selamat Tinggal
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, November 2020.
Tebal: 360 halaman
ISBN: 978-602-064-782-1
Tere Liye kembali hadir untuk menggebrak dunia sastra Indonesia. Kini dia membawa novel yang dari judulnya saja kalian akan merasa bahwa novel ini akan menyajikan kisah cinta yang tragis. Lagi-lagi Tere Liye melahirkan novel standalone berjudul Selamat Tinggal. Awalnya novel ini sudah memiliki bentuk e-book dan dijual, hingga akhirnya kini mulai dicetak secara masal.
Dari judulnya, dari spoiler yang diberikan baik langsung dari penulis ataupun mereka yang sudah membaca novel ini, novel ini secara khusus memberikan kita kisah tragis dalam sebuah perjalanan cinta. Namun jangan tertipu, sekali kalian membuka lembar pertama dalam novel ini, kalian akan paham apa sebenarnya yang ingin disampaikan Tere Liye.
Sintong Tinggal adalah pemain utama dalam novel ini. Sintong adalah mahasiswa abadi fakultas sastra di salah satu universitas terkemuka di ibu kota. Penampilannya khas mahasiswa abadi, rambut gondrong, pakaian tidak karuan, dan tidak memiliki semangat untuk segera menyelesaikan skripsinya. Sintong merantau jauh dari kampung halamannya di Padang, menjadi satu-satunya pemuda yang diterima di universitas ternama.
Beruntungnya dirinya memiliki darah jawa dan keluarga di Jawa. Meski tanpa uang, Sintong mendapat bantuan dari Paklik dan Buliknya yang dengan senang hati akan membiayai semua kebutuhannya selama kuliah. Hanya dengan satu syarat, Sintong harus menjadi penjaga toko buku bajakan di dekat kampus. Ya toko buku bajakan. Paklik Maman—begitu biasanya dia dipanggil—memang penguasaha buku bajakan. Tokonya sudah merajalela di seluruh Jakarta. Cabangnya dimana-mana, pegawainya juga banyak. Hanya satu toko yang di amanahkan kepada Sintong, toko di dekat kampusnya. Cukup menjaga toko buku itu, maka Sintong bisa berkuliah dan hidup di ibu kota.
Sebenarnya Sintong masuk ke dalam barisan mereka yang sangat menentang barang bajakan, terutama buku bajakan. Namun apa daya, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan biaya menggapai mimpi.
Kalian pasti bingung dimana kisah cintanya? Baiklah akan ku beri sedikit gambaran untuk kalian. Sintong Tinggal adalah pemuda biasa yang bisa juga jatuh cinta, cinta yang begitu dalam. Gadis itu bernama Mawar Terang Bintang. Saat prosesi melepas kepergian Sintong di terminal, Mawar dengan malu-malu mengucapkan kata-kata manis kepada Sintong, dirinya juga memberikan Sintong dua stoples kue. Dua tahun mereka berhubungan lewat surat, kuno memang namun Sintong yang pandai merangkai kata itu menggunakan kesempatan itu untuk memenangkan hati Mawar. Kalian tahu, begitu besar cintanya, stoples kue itu tetap belum dimakannya. Dia diamkan saja di sudut kamar kos kecilnya.
Hingga Mawar Terang Bintang itu mematahkan cinta murni seorang Sintong. Hatinya begitu sakit, dirinya terpuruk selama empat tahun. Ya. Sintong telah memasuki tahun ketujuhnya di kampusnya. Hingga hatinya kembali menemukan cinta ketika bertemu dengan seorang gadis jantik bernama Jess. Anak seorang selebgram yang hidupnya terlihat begitu sempurna namun juga memiliki rahasia. Jess berhasil mengembalikan semangat Sintong untuk kembali meneruskan skripsinya.
Skripsi yang kembali dia mulai setelah menemukan sebuah buku langka karya penulis Indonesia yang hilang sebelum kejadian tahun 1965. Menggali tentang bagaimana kehidupan seorang Sutan Pane. Novel ini membawa kita menelusur dan menyelami kehidupan seseorang yang begitu dikagumi oleh banyak orang. Selama perjalanan kisah novel ini, banyak hal-hal tentang dunia bajakan di selipkan di sana. Jika kalian pikir kisah Mawar dan Sintong adalah kisah tragisnya novel ini, tidak kalian salah besar. Ada banyak kisah cinta yang jauh lebih tragis di novel ini.
Novel ini benar-benar memrepresentasikan sosok Tere Liye. Jika kalian adalah penggemar sejatinya, maka kalian pasti akan tahu bagaimana cara dia mengkritik tentang buku bajakan. Di novel ini hampir bisa dipastikan adalah isi hati seorang Tere Liye yang bukunya terus-terusan dibajak. Bahkan diakhir dari novel ini, Tere Liye dengan baik hati memberi tahu pembacanya apa saja perbedaan buku bajakan dan asli.
Novel ini memiliki kesamaan dengan salah satu novel Tere Liye yang berjudul Tentang Kamu. Kedua novel ini sama-sama membawa kita untuk menelusur balik kehidupan seseorang dengan prinsip yang begitu teguh. Meski begitu, novel Selamat Tinggal ini tidak sedetail Tentang Kamu, karena memang sosok Sutan Pane yang di telusurbalik oleh Sintong bukanlah hal utama yang diangkat dalam novel ini. Tere Liye hanya ingin menyampaikan sebuah nlai kehidupan melalui sosok ini.
Buku ini benar-benar membuka pandangan kita tentang dunia bajakan, tentang bagimana melihat dunia dari sisi yang berbeda. Selain itu, di sini Tere liye juga berhasil membawa para pembacanya menemukan kembali semangatnya untuk menulis, mencurahkan semuanya dalam tulisan. Alur maju mundur yang disajikan juga berhasil menyeret paksa para pembaca untuk masuk ke dalamnya.
Meski dengan banyak kelebihan tersebut tak bisa dipungkiri novel ini juga memiliki kekurangan. Ada beberapa typo di akhir-akhir cerita, selain itu jika kalian tidak benar-benar mengenal Tere Liye sudah jelas kalian pasti akan sangat tidak nyaman dengan semua kritikan yang dia sampaikan di sini. Terutama bagi kalian para pembaca buku bajakan, kalian pasti akan sangat membenci buku ini.
Ada banyak cara untuk membaca buku tanpa menyakiti pihak manapun, tanpa merugikan pihak manapun, Tere Liye dengan senang hati selalu memberikan solusi bagi kalian. Mari bantu dunia literasi Indonesia agar selalu hidup, hilangkan kebiasaan buruk itu. Jangan buat penulis kalian benci dan berhenti menulis. Jangan sampai kita semua menyesal saat industri sastra ini mati, hingga kita harus mengemis-ngemis pada penulis, penerbit, dan kawan-kawannya untuk kembali memberi kita asupan tulisan-tulisan yang membantu kita melupakan sejenak kerumitan dunia.
Komentar
Posting Komentar